PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AKHLAK
NAMA : EKA WAHYUNINGSIH
NPM : 12110299
KELAS : 2KA08
UNIVERSITAS GUNADARMA
SISTEM INFORMASI
ATA 2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih
juga saya ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam atas tugas
yang telah diberikan sehingga menambah pemahaman saya tentang Akhlak dalam
Makalah yang saya buat.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit
hambatan yang saya hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini tidak lain berkat Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun selain
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam juga disusun untuk
memperluas ilmu tentang Akhlak dalam Agama Islam, yang saya dapatkan dari
berbagai macam sumber informasi dan referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa
Universitas Gunadarma. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu kepada Dosen Mata Kuliah saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
1.
Kata Pengantar...............................................................................................................2
2.
Daftar Isi........................................................................................................................3
3.
BAB I
·
Pendahuluan.............................................................................................................4
4.
BAB II
·
AKHLAK
1)
Pengertian Dan Ruang Lingkup Akhlak............................................................5
2)
Akhlak Kepada Allah.........................................................................................7
3)
Akhlak Terhadap Sesama Manusia....................................................................9
4)
Akhlak Terhadap Selain Manusia......................................................................9
5)
Perbandingan Ukuran Baik Buruk Dalam Akhlak Dengan
Aliran Dalam Kehidupan Bersama.........................................................................................10
6)
Implementasikan Akhlak Dalam Kehidupan Bersama....................................11
5.
BAB III
·
Kesimpulan.............................................................................................................15
·
Daftar
Pustaka........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa
komponen utama Agama Islam adalah akidah, syari’ah dan akhlak. Penggolongan itu
didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para
sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada
Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah,
syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan diatas berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti
berbuat baik.
Di dalam
Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan
diantaranya terdapat pada surat an-Nahl (16) ayat 90 dan kebaikan terdapat pada
surat ar-Rahman (55) ayat 60. Baik kebajikan atau kebaikan rapat hubungannya
dengan akhlak.
Kata akhlaq yang kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan
makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran
yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta
antara makhluk dan makhluk lainnya.
Akhlak menempati posisi yang sangat
penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti, merupakan
‘buah’ pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari’ah.
Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah
(sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah :
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
“Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Tarmizi)
Dan, akhlak Nabi Muhammad yang diutus
menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami,
karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur’an yang
menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam masalah yang
penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan
dengan penggambaran tentant syari’at, terutama yang berhubungan dengan shalat,
sehingga akibatnya karena tidak mengenal butir-butir akhlak agama Islam, dalam
praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuain dengan akhlak Islami
yang disebut di dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam
kehidupan beliau sehari-hari.
BAB II
AKHLAK
1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
AKHLAK
Menurut definisi yang dikemukakan
oleh Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia)
yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa terlalu banyak
pertimbangan dan pemikiran yang lama. “Maka jika sifat tersebut melahirkan
suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji maka ketentuan akal dan norma agama
dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yang jahat
maka dinamakan akhlak yang buruk.” (Mahyudin; 1991:5)
Kata dalam bahasa Indonesia yang
lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti
maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau
penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif, mungkin negatif,
mungkin baik, mungkin buruk. Yang
termasuk kedalam pengertian positif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak
dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan
lain-lain sifat yang baik. Sedangkan yang termasuk pengertian akhlak atau budi
pekerti yang buruk adalah semua tingkah laku, perangai, watak sombong, dendam,
dengki, khianat, dan lain-lain sifat yang buruk. Yang menentukan apakah suatu
perbuatan itu baik atau buruk adalah nilai dan norma agama, dan katakan bahwa
al-Haq datangnya dari Tuhan-mu.
Suatu perbuatan baru dapat disebut
sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1.
Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
2.
Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan pikir-pikir
terlebih dahulu
Suri
tauladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak
yang tercantum dalam Al-Qur’an. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam
berbagai ayat yang tersebar didalam Al-Qur’an terdapat juga dalam Al-Hadits
yang memuat perkataan, tindakan dan sikap diam Nabi Muhammad selama kerasulan beliau
13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Menurut Siti Aisyah (salah satu
isteri Rasulullah), yang banyak sekali meriwayatkan sunnah Rasulullah, akhlak Nabi Muhammad adalah (seluruh) isi
Al-Qur’an. Dan didalam Al-Qur’an pun Rasulullah dipuji oleh Allah dengan
Firman-Nya :
“Dan engkau Muhammad, sungguh
memiliki akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam:4)
Umat
Islam seharusnya bersyukur karena Allah telah mengutus seorang insan kamil
(manusia sempurna) kedunia ini untuk diteladani. Sayang sekali, manusia yang
sesungguhnya wajib menjadi idola kaum muslimin dan muslimat itu (seperti)
kurang dikenal oleh ummat Islam sendiri karena tidak mempelajari sejarah hidup
Rasulullah secara sistematis dan benar.
Dahulu
juga sekarang pada bulan Rabi’ul awal diadakan hari lahir Nabi Muhammad yang
disebut Maulid Nabi tidak lagi dibarengi hidangan yang enak-enak, tetapi dengan
acara khusus menjelaskan riwayat hidup Nabi Muhammad dalam berbagai aspeknya,
terutama aspek akhlak yang seyogyanya diteladani oleh umat Islam baik dia
muslim maupun muslimat. Dimasa lampau peringatan maulid Nabi Muhammad yang
semula dimaksud untuk menghormati dan mencontoh akhlaknya dilakukan
kampung-kampung dengan suatu upacara khusus yang diakhiri dengan makan bersama
menikmati makanan sumbangan masyarakat bersangkutan ditempat.
Dahulu
peringatan maulid Nabi Muhammad diselenggarakan dengan membaca kitab berzanji
yang ditulis dalam bahasa Arab yang tidak diketahui artinya oleh pendengar. Oleh
karena keadaannya demikian, pada suatu ketika, pernah, perayaan maulid Nabi
Muhammad dinyatakan tidak ada gunanya diselenggarakan. Sebabnya adalah karena
akhlak Rasulullah mengenai berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia, tidak
ditampilkan dalam acara tersebut. Sesungguhnya peringatan maulid Nabi Muhammad
baik diadakan asal dalam setiap upacara ditampilkan sekurang-kurangnya secara
umum akhlak beliau yang perlu dicontoh dan diteladani umat manusia.
Akhlak
adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu
selain dengan akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari’ah. Syari’ah
mempunyai lima kategori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia
yang disebut al-ahkam al-khamsah. Kategori penilaian itu tidak hanya wajib dan
haram tetapi juga sunnat, makruh dan mubah serta ja’iz. Wajib dan haram
termasuk kategori hukum (duniawi) terutama, sedangkan sunnat, makruh, dan mubah
termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak. Sunnat dan makruh termasuk ke
dalam kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat sedang mubah atau
ja’iz termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak pribadi. Ini sangat
terlihat jika dihubungkan dengan dengan ihsan dalam melakukan ibadah. Ihsan
dalam beribadah adalah melakukan shalat, misalnya dengan baik dan buruk
(sungguh-sungguh, penuh penyerahan dan kebulatan hati dengan kerendahan hati)
seolah-olah yang melakukan shalat itu sedang melihat atau berhadapan lanngsung
dengan Allah. Kalau tidak dapat membayangkan melihat Allah, kata Hadits Nabi
yang berasal dari Umar bin Khattab itu, sekurang-kurangnya yang bersangkutan
merasakan Allah melihat dia.
Karena
syari’ah atau hukum Islam mencakup segenap aktivitas manusia, maka ruang
lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktivitas manusia dalam segala
bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya akhlak dibagi menjadi dua,
pertama adalah akhlak terhadap Allah atau Khalik (Pencipta), dan yang kedua
adalah akhlak terhadap makhluk (semua cipttaan Allah). Akhlak terhadap Allah
dijelaskan dan dikembangkan oleh ilmu Tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangkan
akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak. Ilmu akhlak dilihat dari
sudut etimologi ialah upaya untuk mengenal budi pkerti, tingkah laku, atau
tabi’at seseorang sesuai dengan sensasinya. Dipandang dari terminologi ilmu
akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, antara yang terpuji
dan yang tercela tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin
(Asmaran AS,1994 : 4,5).
Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1.
Akhlak terhadap manusia,
2.
Akhlak terhadap bukan manusia.
Akhlak terhadap manusia dapat dibagi lagi menjadi, akhlak
terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain, misalnya akhlal terhadap Rasulullah,
akhlak terhadap orang tua, akhlak karib terhadap kerabat, akhlak terhadap
tetangga, dan akhlak terhadap masyarakat. Sedangkan akhlak terhadap bukan
manusia juga dapat dibagi menjadi, akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia,
misalnya akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna), dan akhlak
terhadap makhluk (mati) bukan manusia, misalnya akhlak terhadap tanah, air,
udara dan sebagainya. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia kini disebut
akhlak terhadap lingkungan hidup. Masing-masing akhlak ini akan dijelaskan pada
penjelasan berikutnya dibawah.
2. AKHLAK KEPADA ALLAH
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak
sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah-lah yang
mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan
keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagaimana di firmankan
oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7 yang artinya sebagai berikut :
“(5) Maka hendaklah manusia memperhatikan
dari apakah dia diciptakan?, (6) Dia tercipta dari air yang terpancar. (7) yang
terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.” (at-Thariq : 5-7)
Kedua, karena
Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat 78 yang
artinya adalah :
“Dan Allah
telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur”. ( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga,
karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah
dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13 yang memiliki arti sebagai berikut :
"(12) Allah-lah yang
menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan
kamu bersyukur. (13) Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang
berpikir.” (Q.S al-Jatsiyah : 12-13 )
Keempat,
Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70 yang memiliki arti,
yaitu :
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S al-Israa : 70)
Sementara
itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia malaikat pun
tidak akan mampu menjangkaunya.
Sedangkan
menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Memnina Moral dan Akhlak”
bahwa akhlak terhadap Allah itu antara lain :
1. Cinta dan
ikhlas kepada Allah SWT.
2. Berbaik
sangka kepada Allah SWT.
3. Rela
terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
4. Bersyukur
atas nikmat Allah SWT.
5. Bertawakal /
berserah diri kepada Allah SWT.
6. Senantiasa
mengingat Allah SWT.
7. Memikirkan
keindahan ciptaan Allah SWT.
8. Melaksanakan
apa yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat
dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, yaitu bahwa manusia seharusnya selalu
mengabdikan diri hanya kepada-Nya sematadengan penuh keikhlasan dan bersyukur
kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditunjukkan untuk memperoleh
keridhaan-Nya. Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah,
terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji,
haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh
keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada Al-Qur’an yang harus
dipelajari dan dipelihara kemurniannyadan pelestariannya oleh umat Islam.
3. AKHLAK
TERHADAP SESAMA MANUSIA
Banyak
sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama
manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan
hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa
alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara
menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau
salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263
yang artinya sebagai berikut:
"Perkataan
yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha
Penyantun.” (al-Baqarah :263)
Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang
hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin,
jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah
ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yang dapat
diartikan sebagai berikut :
"Pada
hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjaka”. (An-Nur : 24)
4. AKHLAK
TERHADAP SELAIN MANUSIA
Yang dimaksud
dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan
menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan,
agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.
Dalam
pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan
kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia
dituntut mampu menghormati proses yang sedang berjalan, dan terhadap proses
yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung jawab,
sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia itu sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan
benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi
milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semunya adalah
"umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
5. PERBANDINGAN UKURAN BAIK BURUK
DALAM AKHLAK DENGAN ALIRAN DALAM KEHIDUPAN BERSAMA
Perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan atau
sopan santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih modern dan mendunia, perkataan
akhlak kini sering diganti dengan kata moral atau etika.
Moral berasal dari Bahasa Latin yakni Mores, jamak kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral artinya ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
budi pekerti dan akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak
dikatakan benar, salah, baik dan buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau
salah ke dalam moral, jelas menunjukkan salah satu perbedaan antara moral
dengan akhlak, sebab benar salah adalah penilaian di pandang dari sudut hukum
yang di dalam agama Islam tidak dapat dicerai pisahkan dengan akhlak.
Etika berasal dari Bahasa Yunani yakni Ethos, yang berarti
kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Umumnya,
kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral atau akhlak. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan, diterangkan
bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk.
Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang
nilai-nilai itu sendiri.
Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia
untuk menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya
adalah akal pikiran. Akallah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik
atau buruk. Kalau moral dan etika diperbandingkan, maka moral lebih bersifat
praktis, sedangkan etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, sedangkan
etika bersifat umum (regional).
Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat
dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai
dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat,
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala sesuatu
yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan
norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik
dan buruk suatu sikap yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di dalam
agama dan ajaran Islam adalah Al-Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh
Rasulullah SAW. dengan sunnah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab
hadits.
Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika
adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di
suatu masa. Di pandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku
untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di
suatu tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak Islami bersifat mutlak, sedangkan
moral dan etika bersifat relatif (nisbi).
6.
IMPLEMENTASIKAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN BERSAMA
Butir-butir akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran
laksana gugusan bintang-bintang di langit. Selain satu butir dapat dilihat dari
berbagai segi, juga mempunyai kaitan bahkan persamaan dengan taqwa. Karena itu
hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh, diantaranya adalah :
1. Akhlak terhadap Allah SWT, antara lain :
a.
Al-Hubb, yaitu mencintai
Allah SWT melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan
firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan. Kecintaan kita
kepada Allah SWT diwujudkan dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
b.
Al-Raja, yaitu mengharapkan
karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah SWT.
c.
As-Syukr, yaitu mensyukuri
nikmat dan karunia Allah SWT.
d.
Qana’ah, yaitu menerima dengan
ikhlas semua qadha dan qadhar Allah SWT setelah berihktiar maksimal
(sebanyak-banyaknya hingga batas tertinggi).
e.
Memohon ampun hanya kepada
Allah SWT.
f.
At-Taubat, yaitu bertaubat
hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling tinggi adalah taubat nasuha yaitu taubat benar-benar taubat,
tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT dan dengan tertib
melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
g.
Tawakal, yaitu berserah diri
kepada Allah SWT.
2. Akhlak terhadap makhluk
dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Akhlak terhadap manusia,
diantaranya :
1)
Akhlak terhadap Rasulullah
(Nabi Muhammad), antara lain :
·
Mencintai Rasulullah secara
tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
·
Menjadikan Rasulullah
sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan.
·
Menjalankan apa yang
diperintah-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.
2)
Akhlak terhadap orang tua
(birrul walidaini), antara lain :
·
Mencintai mereka melebihi
cinta kepada kerabat lainnya.
·
Merendahkan diri kepada
keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
·
Berkomunikasi dengan orang
tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
·
Berbuat baik kepada
ibu-bapak dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasihat baiknya, tidak
menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat ibu-bapak ridha.
·
Mendo’akan keselamatan dan
keampunan bagi mereka kendati pun seorang atau kedua-duanya telah meninggal
dunia.
3)
Akhlak terhadap diri
sendiri, antara lain :
·
Memelihara kesucian diri.
·
Menutup aurat (bagian tubuh
yang tidak boleh kelihatan menurut hukum dan akhlak Islam).
·
Jujur dalam perkataan dan
berbuat ikhlas dan rendah hati.
·
Malu melakukan perbuatan
jahat.
·
Menjauhi dengki dan menjauhi
dendam.
·
Berlaku adil terhadap diri
sendiri dan orang lain.
·
Menjauhi segala perkataan
dan perbuatan sia-sia.
4)
Akhlak terhadap keluarga,
karib kerabat, antara lain :
·
Saling membina rasa cinta
dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
·
Saling menunaikan kewajiban
untuk memperoleh hak.
·
Berbakti kepada ibu-bapak.
·
Mendidik anak-anak dengan
kasih sayang.
·
Memelihara hubungan
silahturrahim dan melanjutkan silaturrahmi yang dibina orang tua yang telah
meninggal dunia.
5)
Akhlak terhadap tetangga,
antara lain :
·
Saling mengunjungi.
·
Saling bantu diwaktu senang
lebih-lebih tatkala susah.
·
Saling beri-memberi, saling
hormat-menghormati.
·
Saling menghindari
pertengkaran dan permusuhan.
6)
Akhlak terhadap masyarakat,
antara lain :
·
Memuliakan tamu.
·
Menghormati nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
·
Saling menolong dalam
melakukan kebajikan dan takwa.
·
Menganjurkan anggota
masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan
orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar).
·
Memberi makan fakir miskin
dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya.
·
Bermusyawarah dalam segala
urusan mengenai kepentingan bersama.
·
Mentaati keputusan yang
telah diambil.
·
Menunaikan amanah dengan
jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada
kita.
·
Menepati janji.
b.
Akhlak terhadap bukan
manusia (lingkungan hidup) antara lain :
1)
Sadar dan memelihara
lingkungan hidup.
2)
Menjaga dan memanfaatkan
alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora (hewan dan tumbuh-tumbuhan)
yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
3)
Sayang kepada sesama
makhluk. (Mohammad Daud Ali; 1997:458).
Butir-butir diatas merupakan akhlak yang baik. Ulama akhlak
menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang
shiddiq. Sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang
tercela. Dengan demikian akhlak terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Akhlak baik atau terpuji (Akhlaqul
Mahmudah), yakni perbuatan baik terhadap Tuhan (al-Khaliq), terhadap sesama
manusia dan makhluk lainnya.
2. Akhlak yang tercela (Akhlaqul
Madzmumah), yakni perbuatan buruk terhadap Tuhan (al-Khaliq), perbuatan
buruk dengan sesama manusia dan makhluk yang lainnya.
Berikut
akan diuraikan secara singkat mengenai akhlak yang buruk :
1. Akhlak buruk terhadap Allah, antara lain :
a.
Takkabur (Al-Kibru), yaitu
sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di
alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya.
b.
Musyrik (Al-Syirk), yaitu
sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya
bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.
c.
Murtad (Ar-Riddah), yaitu
sikap yang meninggalkan atau keluar dari Agama Islam, untuk menjadi kafir.
d.
Munafiq (An-Nifaaq), yaitu
suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam
kehidupan beragama.
e.
Riya’ (Ar-Riyaa’), yaitu
suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya.
Maka ia berbuat bukan karena Allah melainkan hanya ingin dipuji oleh sesama
manusia. Jadi perbuatan ini adalah kebalikan dari sikap ikhlas.
f.
Boros atau berfoya-foya
(Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama.
Tuhan melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa
terhadap-nya, merusak perekonomian manusia, merusak hubungan sosial, serta
merusak diri sendiri.
g.
Rakus atau Tamak (Al-Hirshu
atau Ath-Thama’u), yaitu suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga
selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki tanpa memperhatikan hak-hak
orang lain. Hal ini termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qanaa’ah) dan
merupaka akhlak buruk Allah karena melanggar ketentuan larangna-Nya.
2. Akhlak buruk terhadap manusia, antara lain :
a.
Mudah Marah (Al-Ghadhab),
yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya,
sehingga menonjolkan sikap dan prilaku yang tidak menyenangkan orang lain .
b.
Iri-hati atau Dengki
(Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu
menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama
sekali.
c.
Mengadu-adu (An-Namiimah),
yaitu perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain,
dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d.
Mengumpat (Al-Ghiibah),
yaitu suatu perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang
lain.
e.
Bersikap Congkak
(Al-Ash’aru), yaitu sikap dan prilaku yang menampilkan kesombongan, baik
dilihat dari tingkah lakunya maupun perkataannya.
f.
Sikap Kikir (Al-Bukhlu),
yaitu suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada orang
lain.
g.
Berbuat Aniaya (Azh-Zhulmu),
yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian matriil maupun
non-matriil. Dan ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil
hak-hak orang lain termasuk perbuatan dzalim (menganiaya). (Mahyuddin;
1991:26-32)
Penggolongan sikap manusia dalam butir-butir akhlak tersebut
sebenarnya merupakan sebagian aplikasi dari kata taqwa, yaitu melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Kata akhlak berasal dari kata khilqun, yang
mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dalam Bahasa
Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik
budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau
baik, seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau
buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat dll.
Akhlak adalah kelakuan yang
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati
dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence)
yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang
dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Akhlak secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu :
1.
Akhlak
terhadap Allah SWT.
2.
Akhlak
terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT).
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar